Kamis, 20 September 2012

PENGERTIAN TINGKAH LAKU DAN PENDEKATAN PSIKOLOGI


1. Pengertian Tingkah Laku

Dari sudut biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. tingkah laku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.

Secara oprasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.

Emisklopedi Amerika tingkah laku adalah sebagai suatu aksi reaksi organism terhadap lingkungan. Tingkah laku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tersebu akan menghasilkan reaksi atau prilaku tertentu.

Menurut Ribert Kwick(1974) tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu organism yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Secara umum prilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungan sebagai monivestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.

Menurut Drs. Sunaryo M.Kes tingkah laku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

 

2. Pengertian Pengubahan Tingkah Laku

Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan pengubahan perilaku manusia (Miltenberger, Tahun 2001)

- analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi

- pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur pengubahan perilaku untuk membantu orang merubah perilakunya (merubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang mempengaruhi perilaku)

Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif (Fisher & Gochros, 1975)

- Perilaku maladaptif adalah perilaku yang mempunyai ciri sebagai berikut: menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan bagi pelaku maupun lingkungannya,tidak sesuai dengan peranan dan fungsi individu pelakunya, tidak sesuai dengan stimulus yang dimunculkan oleh lingkungannya.

3. Cara mempelajari tingkah laku

Tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara, diantaranya dengan memperhatikan, mengayati, menerangkan apa yang terjadi dalam proses kejiwaan. Akan tetapi tidak ada cara tertentu untuk digunakan dalam semua keadaan karena proses kejiwaan itu sendiri itu tidak pernah sama. Sewaktu waktu ia dapat berubah sehingga tidak mungkin membagi-baginya, apalagi hendak memasukan kejiwaan itu kedalam golongan –golongan tertentu

Cara yang dipeergunakan untuk anak-anak ada persamaannya dengan cara yang dipergunakan untuk orang dewas. Penyelidikan terhadap anak anak harus lebih hati hati dilakukan karena adanya perbedaan antara kewajiban anak dengan kewajiban orang dewasa. Ada beberapa metode para ahli untuk cara penyelidikan diantaranya adalah:

A. Metode Pengamatan (observasi)

Bila ingin mempelajari tingkah laku anak , misalnya bagaimana ia bermain, kita harus mengamati anak dari kejauhan tanpa diketahui oleh anak tersebut. Kita dapat mencatat tingkah laku yang kelihatan. Hendaknya pekerjaan mencatat itu dilakukan dengan teliti dan dicatat secepat-cepatnya. Pengamatan dapat ditujukan kepada anak terus menerus, atau ditujukan ke beberapa anak seca.ra bergantian.

Menurut Clara dan William Stern, peneliti itu harus tepat waktu bekerjanya (secara kronologis), kemudian menyediakan daftar yang memuat initi kata, nomor halaman disusun menurut abjad . semua anjuran itu dimaksudkan agar sewaktu-waktu orang mudah menemukan catatan itu jika diperlukan kemudian hari. Selain itu adapun yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi, diantaranya:

1.  Pada tepi halaman dicatat tanggal berapa kejadian itu, inti kata, keterangan umur, dsb. Untuk menyebut bahwa anak berumur 2 tahun 6 bulan cukup ditulis kan dengan tanda 2;6.

2.  Anak tidak mengetahui bahwa ia sedang diamati . hal ini dimaksudkan agar penelidik bebas bertindak dengan gerak gerik atau tingkah laku anak tidak berubah (dibuat-buat)

3.  Hasil pengamatan segera dicatat. Bila singkat waktunya sehingga tidak mungkin untuk mencatat seluruhnya, kita harus mampu membedakan aspek mana yang perlu dicatat dengan singkat saja, atau menggunakan stenografi. Pelaksanaan observasi boleh dilakukan dua orang. Tugas orang ynag pertama adalah mengajak anak bercakap cakap, bermain-main dan bersenda gurau. Tugas orang kedua ialah mencatat apa yang didengar , asal jangan diketahui anak tersebut.

4.  Mampu membedakan antara kenyataan objektif dengan nilai nilai hasil pengamatan, mengenal suasana yang meliputi jiwa anak pada waktu dilakukan pengamatan. Dengan demikian dilakukan penyelidikan mengetahui latar belakang yang menyebabkan timbulnya gejala gejala jiwa.

Adapun proses kejiwan pada diri sendiri yang disebut intropeksi, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan atau mempelajari tingkah laku diri sendiri. Dan ekstropeksi yaitu pengamatan yang dilakukan dengan mempelajari kejiwaan orang lain.

 

B.  Metode Eksperimen dan Tes

Penelitian terhadap anak-anak tidak mudah dilakukan. Alas an nya pertama karena anak-anak sangat sugestibel dan selalu berusaha menyenangkan hati si penanya. Alasan kedua karena sukar diketahui dengan jelas apa dimaksud kan oleh anak itu.

1. Eksperimen

Penggunaan eksperimen terhadap anak –anak hanya terbatas pada penyelidikan yang dapat diamati dengan lat indera karena gejala-gejala yang bersifat rohaniyahmasih sangat samar-samar.

Dalam hal ini ada pula bentuk-bentuk perasaan seperti kecewa, putus asa , rindu, dsb. Agar sukar diciptakan dalam suasana eksperimen, yaitu suasan yang dibuat-buat. Walaupun eksperimen banyak kelemahannnya, eksperimen tetap bermanfaat digunakan karena selain kelemahan itu ia memiliki kelebihan lain, misalnya dapat diselidiki dengan teliti karena peristiwanya dapat diulang ulang.

2. Menggunakan Tes

Dua orang ilmuan berasl dari bangsa perancis yang benama Alfred Binet dan Simon, telah memperkenalkan skala inteligensi ynag pertama pada tahun 1905. Skala Binet terdiri dari 54 pertanyaan, masing-masing 5 pertanyaan untuk tingkat usia tertentu; jenjang pertanyaan yang paling mudah untuk usia 3 tahun, pertanyaan yang paling sukar untuk usia 15 tahun. Pengukuran kecerdasan dengan menggunakan tes Binet Simon diperkenalkan oleh L.M. terman dalam bukunya, the measurement of intelligence, pada tahun 1916. Kemudian Terman dan M.A. Merril melakukan penyempurnaan yang kedua kalinya pada tahun 1937. Dari hasil penyempurnaan itu mendapat lima tingkat kecerdasan, yaitu; sangat bodoh, bodoh, normal, pandai dan cerdas.

Anak anak sekolah sudah dapat diteliti kecerdasannya dengan menggunakan tes walaupun sebelum diputuskan hasilnya harus hati-hati dipertimbangkan karena hanya dapat menghasilkan pendapat ynag globalterhadap klompok yang besar. Tidak diperoleh dari hasil kesimpulan yang diteliti, dan hasil yang diperoleh kurang menggambarkan kecerdasan yang sebenarnya.

 

C.  Metode Klinis

Metode klinis suatu bentuk penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak ialah dengan cara mengamat-ngamati, mengajak bercakap-cakap, dan Tanya jawab. Penggunaan metode klinis merupakan gabungan dari eksperimen dan observasi. Pelaksanaan nya dengan cara mengamat-ngamati atas pertimbangan bahwa anak itu sendiri belum mampu untuk mengungkapkan isi pikirannya dan perasaannya dengan bahsa ynag lancar. Cara untuk memudahkan Tanya jawab dalam pelaksanaannya menggunakan daftar pertanyaan yang berisi bermacam-macam pertanyaan yang member petunjuk kepada isi si peneliti tentang pa saja yang harus diperhatikan.

Seorang ilmuan berasal dari bangsa perancis yang bernama Prof. JeanPiget menggunakan metode klinis untuk meneliti cara berfikir dan perkembangan bahasa anak-anak. Metode-metode observasi, klinis, eksperimen termasuk metode langsung karena metode itu dapat langsung memperoleh informasi dan data-data dari sumbernya.

Metode yang akan dikemukakan berikut ini disebut metode tidak langsung seperti angket, biografi dan buku harian.

 

D.  Metode Pengumpulan

1. Angket

Bentuk angket berupa daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data-data dan informasi dari objek yang akan dipelajari. Daftar pertanyaan itu disampaikan kepada anak(responden) untuk memperoleh data dan informasi . kemudian melakukan pengolahan dan analisis terhadap data-data ynag terkumpul. Dengan angket ini kadang kadang mengalami hambatan karena anak itu sendiri belum menyadari akan manfaatnya bagi dunia pendidikan dimasa mendatang.

2. Biografi

Jiwa anak dapat dipelajari dan dipahami dengan riwayat hidupnya, baik yang mereka tulis sendiri maupun yang dituliskan dengan orang lain mengenai dirinyakedua karya itu dapat mengungkapkan jiwa orang yang memiliki biografi itu. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh orang yang punya riwayat dinamakan autobiografi. Riwayat hidup uang ditulis oleh orang lain dinamakan biografi. Kedua riwayat itu menjadi sumber yang berharga untuk mendapatkan bahan –bahan yang dapat digunakan untuk meneliti kejiwaan anak yang sedang diselidiki. 

3. Buku harian

Menyelidiki jiwa anak dengan melalui buku hariannya. Biasanya anak pubertas suka menulis buku hariannya. Buku itu sangat bermanfaat ntuk mengungkapkan kejiwaannya. Dalam hal ini kita harus hati-hati dalam mempelajarinya, karena tidak memberikan kesan kesan umum dan anak yang suka membuat buku harian untuk jangka waktu yang lama.

 

KESIMPULAN MEMPELAJARI TINGKAH LAKU :

  Dalam pembuatan makalah ini yang membahas tentang cara mempelajari tinkah laku dapat saya simpulkan. Bahwa ada beberapa metode, yaitu : 

 Metode pengamatan (obesrvasi), metode eksperimen, tes, metode klinis dan metode pengumpulan. Dalam metode observasi untuk mempelajari tingkah laku, misalkan pada anak. Menelti dengan cara mengamat-ngamati dari kejauhan apabila anak misalnya sedang bermain tanpa diketahui oleh anak tersebut dan mencatat apa yang dilakukan oleh nya. 

 Dengan metode eksperimen itu mnggunakan atau dapat diamati dengan alat indera karena gejala gejala jiwa itu bersifat rohaniah masih sangat sama-samar. dengan menggunakan tes yaitu dengan memberikannya pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat mengukur tingkah laku atau kecerdasan yang dimiliki si anak tersebut. 

 Kalau dengan metode klinis itu khusus diberikan kepada anak – anak dengan cara mengamat ngamati , mengajak bercakap cakap dantanya jawab sedang kan dengan metode pengumpulan itu ada beberapa penelitian dari muali pengumpulan angket, biografi dan buku harian.

Demikian dalam pembahsan tentang cara mempelajari tingkah laku.

Pendekatan Psikologi

Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu

Pendekatan neurobiologis

Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.

Pendekatan perilaku

Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.

Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

Pendekatan psikoanalisa

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.

Pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atauaktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

HUKUM PERKEMBANGAN















Perkembangan fisik dan mental disamping dipengrauhi oleh factor-faktor tersbut diatas,
juga perkembangan itu berlangsung menurut hukkum-hukum tertentu.

Hukum Perkembangan

Suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif dan menunjukkan adanya hubungan yang ajeg(continue) serta dapat diramalkan sebelumnya antara variabel-variabel yang empirik, hal itu lazimnya disebut sebagai hokum perkembangan.


Hukum-hukum perkembangan tersebut antara lain :

1. Hukum Tempo Perkembangan. 
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu berlainan, menurut temponya masing-masing perkembangan anak yang ada. Ada yang cepat (tempo singkat) adapula yang lambat. Suatu saat ditemukan seorang anak yang cepat sekali menguasai ketrampilan berjalan, berbicara,tetapi pada saat yang lain ditemukan seorang anak yang berjalan dan berbicaranya lambat dikuasai. Mereka memiliki tempo sendiri-sendiri.
 Hukum Tempo PerkembanganIalah bahwa tiap anak mempunyai tempo kecepatan dalam perkembangannya sendirisendiri.
Ada anak yang perkembangannya lebih cepat dari anak lainnya.

2. Hukum Irama Perkembangan. 
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan tetapi tentang irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan anak tersebut mengalami gelombang “pasang surut”. Mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang tertentu.                     Misalnya , akan mudah sekali diperhatikan jika mengamati perkembangan pada anak-anak menjelang remaja. Ada anak yang menampakkan kegoncangan yang hebat, tetapi adapula anak yang melewati masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan gejala-gejala yang serius.

 Hukum Irama Perkembangan
Berlaku terhadap perkembangan setiap orang baik menyangkut perkembangan jasmani
maupun rohani. Hal ini berlangsung silih berganti, terkadang teratur, terkadang juga tidak.
Adakalanya tenang, adakalanya goncang, tergantung dari irama perkembangan masingmasing
individu tersebut.
Pada umur tiga sampai lima tahun seorang anak biasanya mengalami irama goncangan
sehingga sukar diatur, suka membangkang, tetapi setelah itu anak bisa tenang kembali.


3. Hukum Konvergensi Perkembangan. 
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu di hubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama ini dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaan.

 Hukum Konvergensi ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara pembawaaan
dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah Willian Stern yang menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur
pembawaan dan lingkungan. Kedua pengaruh tersebut dapat dimisalkan gambarannya
sebagai berikut:
 
4. Hukum Kesatuan Organ. 
Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ tubuh , yang merupakan satu kesatuan diantara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral. Contoh : perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang , mesti diiringi oleh perkembangan otak, kepala, tangan dan lain-lainnya.
 Hukum Kesatuan Organis
Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis disini adalah bahwa berkembangnya
fungsi fisik maupun mental psikologis pada diri manusia itu tidk berkembang lepas satu
sama lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan.
 
5. Hukum Hierachi Perkembangan. 
Bahwa perkembangan anak itu tidak mungkin akan mencapai suatu phase tertentu dengan spontan, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat atau tahapan tertentu yang tersusun sedemikian rupa sehingga perkembangan diri seorang menyerupai derajat perkembangan. Contoh : perkembangannya pikiran anak, mesti didahului dengan perkembangan pengenalan dan pengamatan.

6. Hukum Masa Peka. 
Masa peka ialah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seseorang naka. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak antara satu dengan lainnya. Contoh : masa peka untuk berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar tahun pertama.

 Istilah peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli biologi dari Belanda bernama Hugo de Vries (1848-1935), kemudian istilah tersebut dibawa kedalam dunia pendidikan, khussusnya psikologi oleh Maria Montessori (Italia 1870-1952).

 Masa peka ialah masanya suatu fungsi mudah/peka untuk dikembangkan. Masa peka
merupakan masa yang terjadi nya dalam perkembangan pada saat-saat tertentu. Misalnya
anak usia satu sampai dua tahun yang mengalami masa peka untuk berbicara dan meniru
sehingga apa yang diajarkan mudah diikuti dan berhasil dengan baik.
 
7. Hukum Mengembangkan Diri. 
Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud misalnya dorongan makan dan menjaga keselamatan diri sendiri. 
Contoh : * Anak menyatakan perasaan lapar, haus , sakit dalam bentuk menangis maka tangisan itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.* Seorang anak yang ingin menjadi juara, pandai dan sukses.
 Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri
Sebagai makhluk hidup, manusia mempunyai dorongan/.hasrat untuk mempertahankan diri.
Hal ini terwujud pada usaha makan ketika lapar, menyelanatkan diri apabila ada bahaya.
Pada anak kecil usaha ini diwujudkan dengan menangis, apabila lapar, haus, rasa tidak enak
badan, dan sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-tanda tersebut.
Dari usaha untuk memepertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan
diri.
 Pada anak-anak biasanya terlihat rasa ingin tahunya itu besar sekali, sehingga ank-anak
tidak hentin-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang apabila
dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari
sekelilingnya. Melalui kegiatan bermain, berkumpul dengan teman, bercerita dan sebagainya
itu dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri.
8. Hukum Rekapitulasi. 
Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia dari masa berburu hingga masa industri. Teori ini berlangsung dengan lambat secara berabad-abad. Jika pengertian rekapitulasi ini ditransfer ke psikologi perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia.

 Hukum Rekapitulasi Merupakan pengulangan ringkasan dari kehidupan suatu bangsa yang berlangsung secara lambat selama berabd-abad. Dengan hokum ini berarti perkembangan jiwa anak itu merupakan ulangan dan adanya persamaan dengan kehidupan sebelumnya (yang dilakukan oleh nenek moyang)

Dapat dibagi dalam beberapa masa:

a. Masa berburu dan menyamun

Anak usia sekitar 8 tahun senang bermain kejar-kejaran, perang-perangan, menangkap binatang (capung, kupu-kupu, dsb)

b. Masa mengembala

Anak usia sepuluh tahun senang memelihara binatang seperti ayam, kucing, burung, anjing, dsb.

c. Masa bercocok tanam

Masa ini dialami oleh anak sekitar umur dua belas tahun, dengan tanda-tanda sengan berkebun, menyiram bunga.

d. Masa berdagang

Anak senang bermain jual-jualan, tukar menukar foto, perangko, berkiriman surat dengan teman-teman maupun sahabat pena.

Rabu, 19 September 2012

Ciri tahap perkembangan usia lanjut


a)      Periode usia lanjut

Usia 60 tahun ke atas. Saat-saat untuk menyusuri segala sesuatu yang sudah ia capai di masa lalu. Keadaan fisiknya sudah jauh menurun, berbagai masalah juga harus mereka hadapi seperti kesejahteraan ekonomi, status sosial, ditinggalkan pasaangan dan nilai-nilai yang berubah cepat. Bagi mereka yang bisa bekerja, masa pensiun merupakan salah satu cobaan yang cukup berat karena ini menimbulakn persaan tidak berguna lagi.

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dri
umur enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang
bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.

Contoh gambar 


Teori Sosial Lanjut Usia

Latrancois (1984) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua teori yang menerangkan hubungan antara umur manusia dengan kegiatannya:

    1. Teori disangrefement. Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini berpendapat bahwa semakin tinggi manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia.

   2. Teori Activity. Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, menyatakan bahwa semakin tua seseorang akan semakin memilihara hubungan sosial, fisik maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan.

 Keluarga dan Hubungan Sosial

Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya pendapatan, kematian pasangan, keduanya juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan menuntut penyesuaian.

Penyesuaian dalam keluarga yang dianggap penting dalam keluarga menurut Hurlock (1993:420) adalah:

     * Hubungan dengan pasangan hidupnya

    * Hubungan dengan anak

    * Ketergantungan orang tua

    * Hubungan dengan para cucu

 Hubungan dengan orang lain cenderung dan berkurang atau menurun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia.

Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing.